Rabu, 07 April 2010

investigasi uang kuno di pasar baru





Sisi Kuno yang Unik di Era Modern







Berbicara mengenai jenis-jenis koin kuno dan harganya,Pak Ujanglah ahlinya. Bagaimana tidak, setelah berjualan koin dan uang kertas kuno selama 44 tahun, dunia seperti ini sudah sangat familiar dimata bapa kedua orang putri ini.
Berjualan di pasar baru adalah pilihan Pak Ujang, setelah hijrah dari Kota asalnya, Padang pada tahun 64, berjualan koin merupakan pilihan Pak Ujang untuk menjalani kehidupannya di Jakarta.
Ketika ditanya alasan kenapa memilih berjualan koin sendiri, Pak Ujang menjawab bahwa ia memang tertarik untuk berjualan koin dan uang kuno.
Awal karir Pak Ujang menjalani profesinya ternyata tidak semulus yang dikira. Banyak halangan yang ditemuinya, sampai sekarang ini ia bisa menjalani usahanya dengan aman tanpa ada preman dan pungutan liar yang mengganggunya.
Pak Ujang juga tidak menemui saingan-saingan yang licik yang bisa mengganggu usahanya di Pasar Baru.
Bertempat tinggal di Pasar Minggu, Pejaten, setiap hari Pak Ujang harus pergi ke Pasar Baru untuk menghidupi istri dan kedua anaknya.
Berjualan di Pasar Baru cukup menguntungkan bagi Pak Ujang, maka dari itu sampai sekarang Pak Ujang masih bertahan menjalani usahanya disana.
Berjualan koin bisa dibilang menguntungkan bagi Pak Ujang, buktinya sekarang ia bisa menyekolahkan kedua putrinya sampai jenjang penididikan tinggi.
Putri pertamanya yang merupakan lulusan jurusan Sastra Jepang Universitas Nasional (UNAS) sekarang sudah bekerja di Universitas Jayakarta sebagai dosen, sedangkan putri keduanya sekarang ini masih menjadi mahasiswa di fakultas Komunikasi Universitas Nasional.
Pembeli-pembeli dari barang yang dijual Pak Ujang ternyata tidak selalu orang asing, ada juga beberapa orang local,biarpun tidak ada langganan yang pasti
Jenis-jenis koin dan uang yang dijual sendiri bermacam-macam, ada yang berasal dari dalam negeri, ada juga yang berasal dari luar, seperti Belanda, Irlandia, Thailand, Ceko, Ethiopia, Bangladesh, dll.
Asal koin dan uang yang dijual oleh Pak Ujang adalah hasil koleksinya sendiri, selain itu juga beberapa orang yang menjual pada Pak Ujang untuk dijual lagi nantinya.
Kadang ketika Pak Ujang sedang kehabisan stok ia mencari kepada sumbernya yang biaa menjual koin dan uang kuno pada Pak Ujang.
Uang yang paling mahal dijual adalah pecahan 5 rupiah De Javasche Bank yang merupakan uang keluaran pertama disaat Indonesia dijajah oleh Belanda sekitar tahun 1934 yang bisa laku dijuan seharga 10 juta rupiah.
Sedangkan uang yang kedua paling mahal adalah pecahan 10 rupiah (Dai Nippon Teikoku Seihu) yang memiliki gambar wayang di permukaannya pada zaman penjajahan Jepang.


Pak Ujang juga memiliki berbagai koleksi koin kuno yang unik-unik seperti koin kuno yang berasal dari kasino di Korea Selatan yang unik.
Koin yang berbentuk bunga dan koin 25 perak yang dulu biasa kita gunakan saat waktu kecil pun dijual disini.
Ketika ditanya tentang duka yang ia pernah alami Pak Ujang bercerita bahwa tidak semua orang yang menjual uang kuno padanya jujur dan memberika uang kuno asli.

Ada kalanya Pak Ujang ditipu dan diberi uang kuno palsu. Untuk mengecek apakah uang tersebut palsu atau tidak Pak Ujang hanya bisa mengandalkan nalarnya.
Dibalik semua itu Pak Ujang selalu senang jika hari musim nikah datang. Karena barang dagangannya akan laku untuk dijadikan mas kawin oleh para pengantin pria untuk mempelai wanitanya.

Tugas Cultural Antrophologi

Masyarakat dan Kebudayaan
( Studi Kasus Pada Kebudayaan Bugis )


BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Masyarakat dan kebudayaan Indonesia pernah berkembang dengan pesatnya di masa lampau, walaupun perkembangannya dewasa ini agak tertinggal apabila dibandingkan dengan perkembangan di negeri maju lainnya. Betapapun, masyarakat dan kebudayaan Indonesia yang beranekaragam itu tidak pernah mengalami kemandegan sebagai perwujudan tanggapan aktif masyarakat terhadap tantangan yang timbul akibat perubahan lingkungan dalam arti luas maupun pergantian generasi. Masyarakat Indonesia dewasa ini sedang mengalami masa pancaroba yang amat dahsyat sebagai akibat tuntutan reformasi secara menyeluruh. Sedang tuntutan reformasi itu berpangkal pada kegiatan pembangunan nasional yang menerapkan teknologi maju untuk mempercepat pelaksanaannya. Di lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu menuntut acuan nilai-nilai budaya, norma-norma sosial dan orientasi baru. Tidaklah mengherankan apabila masyarakat Indonesia yang majemuk dengan multi kulturalnya itu seolah-olah mengalami kelimbungan dalam menata kembali tatanan sosial, politik dan kebudayaan dewasa ini. Selain itu banyak negara lain yang berusaha untuk merebut kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia misalnya saja Malaysia yang megakui kebudayaan Indonesia seperti reog pronorogo sebagai hak miliknya selain itu juga beberapa pulau yang ikut diakuinya, untuk itu sebagai generasi muda penerus bangsa kita wajib untuk menjaga asset Negara. Dalam hal ini kita akan mempelajari unsur-unsur apa saja yang ada di setiap kebudayaan dan bagaimana penerapannya dalam kebudayaan atau suku tersebut sebagai salah satu cara dalam melestarikan kebudayaan dan lebih mengenal masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Khususnya kita mempelajari pada suku bugis. Suku Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku suku Deutero-Melayu, atau Melayu muda. Masuk ke Nusantara setelah –gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata 'Bugis' berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada
raja pertama kerajaan Cina (bukan negara Tiongkok, tapi yang terdapat di jazirah Sulawesi Selatan tepatnya Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo saat ini) yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang/pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar didunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk Banggai, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton. Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk beberapa kerajaan lain. Masyarakat Bugis ini kemudian mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, pemerintahan mereka sendiri.

1.2 Perumusan Masalah
Dalam hal ini penulis akan membahas kebudayaan Indonesia salah satunya adalah suku bugis yaitu bagaimana penerapan unsur-unsur kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari mereka? misalnya apa saja kesenian yang ada disana? bagaimana bahasanya? dominan beragama apa? mata pencaharian mereka seperti apa pada setiap harinya? tingkat pendidikan?, dll. Hal tersebut diatas akan dijabarkan dalam buku ini.

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui dan menganalisis 7 unsur-unsur kebudayaan pada penerapannya di kebudayaan bugis seperti :

1.3.1 Bahasa
Suatu sistem perlambangan manusia yang lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi satu dengan lainnya, dalam karangan etnografi, memberi deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan, beserta variasi-variasinya. Dalam hal ini kita akan melihat bagaimana bahasa yang digunakan oleh suku bugis tersebut.
1.3.2 Sistem Teknologi dan Alat Produksi
Tentang cara-cara memproduksi, memakai dan memelihara segala peralatan hidup dari suku bangsa dalam karangan etnografi disamping itu alat produksi yang dimaksud yaitu alat-alat untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam rangka kehidupan individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Melihat bagaimana perkembangan teknologi suku bugis dan alat-alat apa saja yang digunakan untuk produksi dalam pekerjaan atau pencahariannya.
1.3.3 Sistem Mata Pencaharian
Memburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang, menangkap ikan, soal sumber alam dan modal, soal tenaga kerja, soal teknologi produksi, soal distribusi dan pemasaran, bercocok tanam menetap dengan irigasi.
Yaitu melihat bagaimana sistem dan apa mata pencaharian pada suku bugis tersebut.
1.3.4 Organisasi Sosial
Termuat yaitu unsur-unsur khusus dalam organisasi sosial seperti sistem kekerabatan. Misalnya lembaga kemasyarakatan yang dapat menyatukan individu yang lebih banyak menjadi sebuah kelompok masyarakat.
1.3.5 Sistem Pengetahuan
Disini dibahas juga perhatian anthropology terhadap pengetahuan yaitu sejauh mana atau tingkat berapa pengetahuan yang dimiliki oleh orang suku bugis.
1.3.6 Sistem Religi
Ada unsur-unsur khusus dalam rangka sistem religi. Agama apa yang kebanyakan dianut oleh orang-orang suku bugis
1.3.7 Kesenian
Termuat kesenian dalam etnografi, lapangan-lapangan khusus dalam kesenian. Kesenian atau kebudayaan apa yang dilestarikan atau dimiliki orang atau masyarakat suku bugis

BAB II
Kerangka Teoritis

2.1 Definisi Kebudayaan
Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya.

2.1.1 Definisi kebudayaan secara etimologi
Secara etimologi Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia

2.1.2 Definisi kebudayaan secara konseptual
1. Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
2. M. Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.
3. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar.
4. Dr. K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
5. William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua masyarakat.
6. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
7. Francis Merill
Pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh interaksi social
Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
8. Bounded et.al
Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
9. Mitchell (Dictionary of Soriblogy)
Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar di alihkan secara genetikal.
10. Robert H Lowie
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.
11. Arkeolog R. Seokmono
Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.
2.1.3 Definisi kebudayaan secara operasional
Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh kesimpulan mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.1.4 Instrumen teori kebudayaan

Sistem
Dimensi
Indikator
Kebudayaan
perilaku



Fisik

Bahasa
Organisasi sosial
Religi
kesenian
Karya
Ide/gagasan
Seni



2.2 Definisi Masyarakat
Masyarakat terbentuk dari kumpulan komunitas manusia yang menempati satu wilayah tertentu dan membutuhkan keamanan dan kesejahteraan secara bersama.

2.2.1 Definisi masyarakat secara etimologi
Secara etimologi (cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal-usul suatu kata) istilah masyarakat berasal dari bahasa inggris society yang artinya kawan.

2.2.2 Definisi masyarakat secara konseptual
Menurut JL Gillin (sosiolog) dan JP Gilin (antropolog) masyarakat adalah sekelompok orang yang satu sama lain merasa terikat oleh kebiasaan tertentu, tradisi, perasaan, dan prilaku yang sama.
Menurut Koentjaraningrat masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinterasksi sesuai dengan adat istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

2.2.3 Definisi masyarakat secara operasional
Masyarakat adalah sekelompok orang yang berinteraksi dan terikat oleh tradisi, adat istiadat, dan norma atau hukum yang berlaku.

2.2.4 Instrumen teori masyarakat

Sistem
Dimensi
Indikator
Masyarakat
Hukum


Sosial
Tradisi
Kebiasaan
Adat istiadat
Interaksi
Komunikasi
Gotong royong



BAB III
Analisis dan Pembahasan

Unsur-unsur kebudayaan dan penerapannya pada kebudayaan bugis
3.1 Unsur bahasa pada kebudayaan bugis
Bahasa Bugis adalah bahasa yang digunakan etnik Bugis di Sulawesi Selatan, yang tersebar di kabupaten sebahagian Kabupaten Maros, sebahagian Kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru, Kota Pare-pare, Kabupaten Pinrang, sebahagian kabupaten Enrekang, sebahagian kabupaten Majene, Kabupaten Luwu, Kabupaten Sidenrengrappang, Kabupaten Soppeng,Kabupaten Wajo, Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba, dan Kabupaten Bantaeng.
Masyarakat Bugis memiliki penulisan tradisional memakai aksara Lontara. Contoh: selain itu antara lain memiliki jenis-jenis huruf seperti alphabet sebagai berikut :



Lontara adalah aksara tradisional masyarakat Bugis-Makassar. Bentuk aksara lontara menurut budayawan Prof Mattulada (alm) berasal dari "sulapa eppa wala suji". Wala suji berasal dari kata wala yang artinya pemisah/pagar/penjaga dan suji yang berarti putri. Wala Suji adalah sejenis pagar bambu dalam acara ritual yang berbentuk belah ketupat. Sulapa eppa (empat sisi) adalah bentuk mistis kepercayaan Bugis-Makassar klasik yang menyimbolkan susunan semesta, api-air-angin-tanah. Huruf lontara ini pada umumnya dipakai untuk menulis tata aturan pemerintahan dan kemasyarakatan. Naskah ditulis pada daun lontar menggunakan lidi atau kalam yang terbuat dari ijuk kasar (kira-kira sebesar lidi). Selain itu banyak penduduk yang masih dan juga menggunakan bahasa lain seperti bahasa Indonesia, bahasa Melayu
10
3.2 Unsur sistem teknologi dan alat produksi

CHANDUE (Candue)

Chandue adalah alat pemanen padi menjadi gabah yang menggunakan mesin Honda 4,5 PK. Ditemukan pertama kali oleh seorang putra daerah Pinrang bernama Chandue. Dan oleh penemunya mesin tersebut diberi nama sesuai namanya.
Chandue juga telah beberapa kali mengikuti pameran tekhnologi tepat guna di beberapa propinsi lain mewakili Provinsi Sul-Sel. Salah satunya adalah pameran tekhnologi tepat guna di Pontianak, Kalimantan Tengah, dimana produk ini terpilih sebagai produk terbaik. Chandue diproduksi oleh CV. Usaha Pinrang yang terletak di Jalan Salo no 78, Pinrang. Produk ini telah dipatenkan.
Alat penangkapan terbuat dari anyaman bambu berbentuk silinder dengan panjang 100 cm – 125 cm dengan diameter berkisar 50 cm – 60 cm, nelayan yang mengoperasikan penangkapan bubu/pakkaja disebut nelayan pattorani (nelayan penangkapan telur ikan terbang).

3.3 Unsur sistem mata pencaharian
Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang. Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.

3.4 Unsur organisasi sosial
Dalam masyarakat Sulawesi Selatan ditemukan sistem kekerabatan. Sistem kekrabatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Keluarga inti atau keluarga batih. Keluarga ini merupakan yang terkecil. Dalam bahasa Bugis keluarga ini dikenal dengan istilah Sianang , di Mandar Saruang Moyang, di Makassar Sipa’anakang/sianakang, sedangkan orang Toraja menyebutnya Sangrurangan. Keluarga ini biasanya terdiri atas bapak, ibu, anak, saudara laki-laki bapak atau ibu yang belum kawin.
b. Sepupu. Kekerabatan ini terjadi karena hubungan darah. Hubungan darah tersebut dilihat dari keturunan pihak ibu dan pihak bapak. Bagi orang Bugis kekerabatan ini disebut dengan istilah Sompulolo, orang Makassar mengistilkannya dengan Sipamanakang. Mandar Sangan dan Toraja menyebutkan Sirampaenna. Kekerabatan tersebut biasanya terdiri atas dua macam, yaitu sepupu dekat dan sepupu jauh. Yang tergolong sepupu dekat adalah sepupu satu kali sampai dengan sepupu tiga kali, sedangkan yang termasuk sepupu jauh adalah sepupu empat kali sampai lima kali.c. Keturunan. Kekerabatan yang terjadi berdasarkan garis keturunan baik dari garis ayah maupun garis ibu. Mereka itu biasanya menempati satu kampung. Terkadang pula terdapat keluarga yang bertempat tinggal di daerah lain. Hal ini bisanya disebabkan oleh karena mereka telah menjalin hubungan ikatan perkawinan dengan seseorang yang bermukim di daerah tersebut. Bagi masyarakat Bugis, kekerabatan ini disebut dengan Siwija orang Mandar Siwija, Makassar menyebutnya dengan istilah Sibali dan Toraja Sangrara Buku.
c. Pertalian sepupu/persambungan keluarga. Kekerabatan ini muncul setelah adanya hubungan kawin antara rumpun keluarga yang satu dengan yang lain. Kedua rumpun keluarga tersebut biasanya tidak memiliki pertalian keluarga sebelumnya. Keluraga kedua pihak tersebut sudah saling menganggap keluarga sendiri. Orang-orang Bugis mengistilakan kekerabatan ini dengan Siteppang-teppang, Makassar Sikalu-kaluki, Mandar Sisambung sangana dan Toraja Sirampe-rampeang.
d. Sikampung. Sistem kekerabatan yang terbangun karena bermukim dalam satu kampung, sekalipun dalam kelompok ini terdapat orang-orang yang sama sekali tidak ada hubungan darahnya/keluarga. Perasaan akrab dan saling menganggap saudara/ keluarga muncul karena mereka sama-sama bermukim dalam satu kampung. Biasanya jika mereka berada itu kebetulan berada di perantauan, mereka saling topang-menopang, bantu-membantu dalam segala hal karena mereka saling menganggap saudara senasib dan sepenaggungan. Orang Bugis menyebut jenis kekerabatan ini dengan Sikampong, Makassar Sambori, suku Mandar mengistilakan Sikkampung dan Toraja menyebutkan Sangbanua.
Kesemua kekerabatan yang disebut di atas terjalin erat antar satu dengan yang lain. Mereka merasa senasib dan sepenanggungan. Oleh karena jika seorang membutuhkan yang lain, bantuan dan harapannya akan terpenuhi, bahkan mereka bersedia untuk segalanya. Tradisi lain yang signifikan dalam perkembangan peradaban sosial politik, lanjut Pelras adalah nilai individualisme orang Bugis. Ciri kekerabatan orang Bugis adalah sistem kekerabatan bilateral atau sistem kekerabatan yang tidak mengarah pada ketatnya pembentukan kelompok kerabat serta tidak ada pengakuan nenek moyang bersama. Masyarakat Bugis memiliki sistem jaringan terstruktur dalam bentuk patron klein yaitu hubungan antara pemimpin dan pengikut atau hubungan antara patron dan kliennya adalah hubungan antara individu.

3.5 Unsur sistem pengetahuan
Sistem pengetahuan tentang pelayaran meliputi unsur-unsur pengetahuan seperti:
Pengetahuan tentang berlayar : adanya kepercayaan terhadap roh-roh yang mendiami satu tempat atau lokasi penagkapan. Untuk menghindari murkanya maka kesemuanya harus diselamati melalui upacara selamatan membuang daun sirih dan tembakau
Pengetahuan tentang musim dan hari pemberangkatan pa’torani berangkat pada bulan Maret atau bulan April (Musim Timur). Mereka percaya, bahwa kesalahan dalam penentuan waktu pemberangkatan dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan hal yang fatal. Oleh karena itu pencatatan waktu pemberangkatan harus diperhitungkan secara cermat dan teliti mungkin. Penentuan hari baik dan hari jelek berdasarkan pada tradisi dan kebiasaan yang sudah lama dipertahankan atau berdasarkan pengalaman yang sudah berlangsung kali teruji kebenarannya, seperti hari pemberangkatan sedapat mungkin hari selasa, rabu, sabtu dan minggu. Selain hari itu merupakan pantangan untuk dijadikan sebagai hari pemberangkatan.
Pengetahuan tentang awan : kondisi awan juga menjadi pedoman bagi nelayan torani dalam melakukan aktifitasnya, seperti; bila awan tidak bergerak tetap pada posisinya berarti teduh dan angin tidak bertiup kencang, bila awan bergerak selalu berubah-ubah bentuk berarti akan ada angin kencang atau badai, bila arah awan gelapnya dari barat akan menuju timur berarti akan datang hujan atau badai.
Pengetahuan tentang bintang (mamau) dan Bulan : tanda lain yang sering juga diperhatikan adalah dengan melihat bintang, seperti; bintang porong-porong akan terjadi musim barat, bintang tanra tellu akan terjadi hujan lebat, bintang wettuing menjadi pedoman berlayar, bintang mano dan sebagainya.
Pengetahuan tentang petir dan kilat : petir dan kilat dimaknai suatu kekuatan bertujuan untuk mengusir/mengejar setan dilaut yang mengganggu nelayan beraktivitas. Oleh karena itu, setiap ada petir maupun kilat nelayan-nelayan pattorani menghetikan aktivitas sejenak lalu membaca matera doa keselamatan.
Pengetahuan tentang gugusan karang (sapa) : pengetahuan mengenai keberadaan gugusan karang (sapa) melalui tanda-tanda seperti; adanya pantulan sinar matahari yang nampak kelihatan bercahaya, keadaan ombak disekitar karang tenang dan tidak berarus, adanya gerombolan burung yang terbang rendah dengan menukik dan berkicau.
Pantangan (pamali) yang berkaitan dalam aktivitas pelayaran : hal-hal yang harus dihindari selama aktivitas pelayaran menurut kepercayaan nelayan adalah; tidak boleh bersiul-siul karena akan mengundang datangnya angin, dilarang mencelupkan alat-alat dapur dilaut karena dapat mendatangkan badai, Dilarang menghalangi atau menegur jalan seorang nelayan apabila hendak menuju ke perahu, dialarang memanggil orang yang berada didaratan apabila sedang berada diatas perahu, dilaran takabbur atau bicara hal-hal yang tidak sopan karena mengundang datangnya ikan hiu, dilarang tidur tengkurap atau tiarap selama berlayar.

3.6 Unsur sistem religi
Dominan masyarakat bugis menganut agama islam karena adanya sejarah penyebaran dan perkembangan islam disana.
Pengislaman Bugis
Sulawesi Selatan pada abad ke 16 mengalami suatu perubahan yang besar. Dalam tempoh masa ini, komuniti Bugis dan Makassar berjaya diislamkan oleh Abdul Makmur, seorang Minangkabau. Selanjutnya sejak abad ke 17 Masehi, Setelah menganut agama islam Orang bugis bersama orang aceh dan minang kabau dari Sumatra, Orang melayu di Sumatra, Dayak di Kalimantan, Orang Sunda dijawa Barat, Madura di jawa timur dicap sebagai Orang nusantara yang paling kuat identitas Keislamannya.Bagi orang bugis menjadikan islam sebagai Integral dan esensial dari adat istiadat budaya mereka. Meskipun demikian pada saat yang sama berbagai kepercayaan peninggalan pra-islam tetap mereka pertahankan sampai abad ke 20 salah satu peninggalan dari jaman pra islam itu yang mungkin paling menarik adalah Tradisi Para Bissu
3.7 Unsur kesenian
Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum /puak /suku /bangsa tertentu.
Kecapi, salah satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis, Bugis Makassar dan Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga bentuknya menyerupai perahu yang memiliki dua dawai, diambil karena penemuannya dari tali layar perahu. Biasanya ditampilkan pada acara penjemputan para tamu, perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari ulang tahun.
Gendang, musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar yakni bulat panjang dan bundar seperti rebana.
Suling bambu/buluh, terdiri dari tiga jenis, yaitu:
Suling panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang nada. Suling jenis ini telah punah.
Suling calabai (Suling ponco),sering dipadukan dengan piola (biola) kecapi dan dimainkan bersama penyanyi
Suling dupa samping (musik bambu), musik bambu masih terplihara di daerah Kecamatan Lembang. Biasanya digunakan pada acara karnaval (baris-berbaris) atau acara penjemputan tamu.
Seni Tari
Tari pelangi; tarian pabbakkanna lajina atau biasa disebut tari meminta hujan.
Tari Paduppa Bosara; tarian yang mengambarkan bahwa orang Bugis jika kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan.
Tari Pattennung; tarian adat yang menggambarkan perempuan-perempuan yang sedang menenun benang menjadi kain. Melambangkan kesabaran dan ketekunan perempuan-perempuan Bugis.
Tari Pajoge’ dan Tari Anak Masari; tarian ini dilakukan oleh calabari (waria), namun jenis tarian ini sulit sekali ditemukan bahkan dikategorikan telah punah.
Jenis tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari Passassa’, tari Pa’galung, dan tari Pabbatte
Beberapa permainan khas yang sering dijumpai di masyarakat Pinrang: Mallogo, Mappadendang, Ma’gasing, Mattoajang (ayunan), getong-getong, Marraga, Mappasajang, Malonggak.


BAB IV
Penutup

4.1 Kesimpulan
Suku kaum Bugis merupakan salah satu etnik yang terdapat di dalam kelompok ras berbilang bangsa di negeri Sabah. Kebanyakan suku kaum ini telah menetap di pantai Timur Sabah yaitu di daerah Tawau, Semporna, Kunak dan Lahad Datu. Dari aspek sosial, suku kaum ini lebih terkenal dengan kerabat pangkat diraja (keturunan dara), mementingkan soal status individu dan persaudaraan sesama keluarga. Dari segi perkahwinan,suku kaum ini lebih suka menjalinkan perkahwinan dengan keluarga terdekat dan perceraian pula merupakan hubungan sosial yang amat tidak disukai oleh suku kaum ini kerana ia meruntuhkan hubungan kekeluargaan dan bertentangan dengan nilai-nilai agama. Dari beberapa unsure kebudayaan diatas mari kita pelajari dan memahami betul makna atau arti dari setiap suku di Indonesia, karena dari sekian banyak suku, setiap sukunya memiliki kharakteristik masing-masing sesuai dengan kegunaan atau kepercayaan dari kaumnya.

4.2 Saran
Suku bugis adalah salah satu kebudayan yang dimiliki bangsa indonesia yang dapat memberikan aset atau keuntungan bagi bangsa, oleh karena itu perlu dijaga kelestariannya seperti dapat diperkenalkan ke luar negeri, dan kita sebagai penerus bangsa yang berjiwa muda harus dapat terus menjaga kebudayaan kita jangan sampai diambil bahkan diakui oleh negara lain. Begitupun pemerintah memberikan pengaruh besar terhadap kebudayaan indonesia dan untuk itu pemerintah juga harus memperhatikan, menjaga, dan memelihara budaya bangsa tersebut. Pada intinya semua berawal dari kesadaran manusia itu sendiri untuk menjaga apa yang menjadi kewajibannya.

tugas media relation

PROFIL PEMBACA HARIAN REPUBLIKA











investigasi kamar mayat RSCM


Penghasilan Penjaga Kamar Mayat yang Seperti Durian Runtuh


Mendung yang tidak merata disertai kilat dan gemuruh petir yang seolah-olah menyambut kedatangan kami di bangunan tua RSCM pada Minggu siang.
Kami langsung menuju ruang jenazah RSCM dan menemui 2 orang penjaga ruang jenazah RSCM yang pada saat itu kebetulan sedang beristirahat. Terlihat Bapak S. Bambang yang langsung kami temui adalah salah satu penjaga ruang jenazah RSCM yang sudah berumur 27 tahun dan berasal dari Yogyakarta yang tinggal di Bekasi. Saat kami tanya alasan mengapa bekerja di RSCM, dia menjawab “ kalau saja ada pekerjaan lain, pengennya sih jadi karyawan. Kalau bukan tuntutan perut saya, sudah pindah dari dulu”. Saat kami bertanya tentang jual-beli organ tubuh jenazah, beliau tidak mengetahui secara jelas bagaimana proses jual-belinya karena ini adalah urusan pihak administrasi ruang jenazah RSCM. Tapi bapak Bambang pernah satu kali memergoki pihak administrasi sedang melakukan transaksi jual-beli organ pada jam 12 malam. Dan pada pukul 2 dini hari, ada salah satu jenazah yang dibawa keluar dengan mobil. Ketika petugas administrasi tersebut ditanya oleh bapak Bambang, petugas administrasi tidak menjawab dan hanya berkata “ini tamu (mayat) mau dibawa keluar”. Kasus jual-beli ini ada kaitannya antara dokter dengan si pembeli secara pribadi. Biasanya yang dijual adalah organ-organ yang kodisinya masih bagus dan masih berfungsi dengan baik seperti jantung, ginjal,dan organ dalam lainnya dan diambil dari jenazah yang identitasnya tidak diketahui.
Lain halnya dengan bapak Junaedi yang berusia 42 tahun dan tinggal di Rawamangun. Beliau bercerita tentang pasien yang sedang membutuhkan darah pada saat itu, dan saat itu juga RSCM sedang kehabisan persediaan darah. Dalam kondisi terdesak, keluarga pasien meminta darah pada penjaga-penjaga ruang jenazah RSCM. Satu kantong darah dihargai tergantung si pihak keluarga pasien berani bayar berapapun, paling mahal Rp 400.000,00. Biasanya dibutuhkan 4-5 kantong untuk operasi satu pasien. Seharusnya, sebulan sekali darah mereka di ambil untuk operasi, tapi bapak Junaedi pernah 2 kali dalam sebulan darahnya diambil dan itu membuat kesehatannya menurun drastis.
Bapak Mi’ing, pria berusia 38 tahun yang sudah 6 tahun bekerja menjadi penjaga ruang jenazah RSCM punya banyak pengalaman yang tidak kalah menarik. Setiap harinya, RSCM bisa kedatangan 5 sampai 6 jenazah. Pernah saja terjadi penumpukan di ruang jenazah RSCM ini karena tidak diketahuinya identitas dan keluarga jenazah, sedangkan hampir setiap harinya ada jenazah yang dibawa ke RSCM. “Disini, yang paling banyak adalah korban tertabrak kereta api. Selain itu, ada korban pembunuhan, mutilasi, korban tenggelam, atau bunuh diri. Kulkas jenazahnya juga kadang-kadang mati. Kalau sudah mati, bau busuknya sampai ke lorong depan”. Saat ini ruang jenazah RSCM sedang direnovasi dan diperluas untuk menghindari penumpukan.
Penghasilan penjaga ruang jenazah RSCM kurang lebih Rp 900.000,00 ditambah uang makan. Selain itu, mereka juga mendapatkan penghasilan dari pihak keluarga jenazah secara pribadi, keluarga jenazah memberikan mereka tip karena sudah merawat jenazah salah satu anggota keluarga tersebut. Dan mereka juga mendapatkan tambahan dari hasil mendonorkan darah.
Jenazah yang dikirim ke RSCM paling banyak adalah korban kecelakaan dan pembunuhan. Dalam sehari, bisa mencapai 5 sampai 6 jenazah yang di masukkan ke RSCM. Biasanya jenazah yang diberi formalin adalah jenazah yang non-muslim untuk dirias terlebih dahulu sebelum dimakamkan. Kalau ada jenazah korban mutilasi maupun tertabrak kereta api yang sudah hancur dan diketahui keluarganya, dijahit oleh petugas yang memang ditugaskan untuk menjahit jenazah. Jika jenazah yang tidak diketahui keluarganya, hanya dimasukkan ke dalam karung dan diletakkan dalam baskom layaknya daging kurban saat Idul Adha.
Jenazah yang baru datang biasanya langsung di identifikasi identitasnya, kemudian pihak RSCM menghubungi polisi untuk mencari pihak keluarga. Setelah itu, jenazah didiamkan dulu di ruang jenazah selama 1x24 jam. Lalu dimasukkan kedalam lemari penyimpanan jenazah jika jenazah tersebut tidak diketahui identitas dan keluarganya. Maksimal mayat berada di RSCM selama 7 hari untuk proses identifikasi. Jika tidak diketahui identitasnya selama 7 hari tersebut, sudah menjadi urusan orang dalam. Baik organnya dijual maupun digunakan oleh dokter untuk praktek. Adapula jenazah yang diotopsi, biayanya antara 5-10 juta. Untuk pengambilan jenazah oleh keluarga, dikenakan biaya perawatan selama di RSCM sekitar Rp 400.000,00. Tetapi mereka tidak memberatkan pihak keluarga jenazah, seperti kasus korban bunuh diri di Masjid Istiqlal bulan lalu yang berasal dari keluarga tidak mampu di Lampung, keluarga dari jenazah itu hanya memberikan Rp 100.000,00 saja dan pihak rumah sakit tidak mempermasalahkannya. Tetapi untuk biaya pengiriman ke daerah asal ditanggung oleh Pemda setempat.
Selain itu, banyak wartawan yang sering mengunjungi ruang jenazah RSCM ini. Para wartawan bahkan sudah bekerja sama dengan RSCM untuk mendapatkan berita terbaru seputar kriminalitas. Mereka akan di hubungi oleh pihak RSCM jika ada kejadian terbaru, dari situ pihak RSCM bisa mendapatkan penghasilan juga.

investigative reporting di taman lawang (feature)



Kecentilan Para Wanita Jadi-Jadian
“ Halo….” Sapa seseorang merdu sambil menghampiri mobil-mobil yang ada dan lewat. Dengan rambut wig terurai panjang, busana yang minim, suara merdu yang dibuat-buat seperti wanita, dan paras yang dipermak secantik mungkin, waria-waria taman lawang itu kembali melakukan pekerjaannya.
Di malam yang sunyi itu tepat sekitar pukul 22.30-05.00 wib jika anda melewati daerah yang didereti rumah-rumah mewah dan perkantoran dengan hamparan taman yang luas anda tak akan menyangka anda akan menemui sampah yang berserakan dibalik keindahan istana-istana disampingnya. Ya, itulah taman lawang, salah satu daerah yang terdapat di bilangan Jakarta Selatan, dimana terdapat waria-waria yang sering melancarkan aksinya dipinggir jalan didepan rumah-rumah mewah. Mereka menggoda para lelaki yang melewati jalan tersebut dari yang muda sampai yang tua. Para waria ini berpakaian seksi selayaknya wanita sungguhan, bahkan sering kali mereka memperlihatkan kelamin yang telah berubah benruknya seperti kelamin wanita normal, sungguh perbuatan tersebut sangat mengenaskan dan menginjak-nginjak martabat wanita

Dengan sambutan yang hangat dari para waria , seketika perasaan takut yang menghantui pikiran dan hati kami yang merasa bahwa para waria taman lawang sensitive dan benci dengan wanita hilang seketika. Ternyata mereka tidak seseram yang kami bayangkan.
Beberapa waria yang sempat kami wawancarai adalan Chika(nama samaran), Dian, dan Sabina. Nama-nama yang indah bukan, jika sekali kita mendengarnya kita pasti akan berpikir bahwa nama ini adalah nama dari seorang wanita yang anggun, cantik, dan rupawan, tapi tidak dengan kenyataannya. Mereka juga mengikatkan dirinya dalam suatu organisasi waria yang bernama HWI (Himpunan Waria Indonesia).
Chika alias Satria yang berasal dari pontianak menjadi seorang waria karena faktor ekonomi, berasal dari keluarga yang kurang mampu dia hijrah ke jakarta untuk mencari penghasilan yang lebih baik tapi susahnya mencari pekerjaan membuat dia memilih menjadi banci alias waria. Selain itu teman-teman seperjuangannya juga banyak yang menjadi waria, sehingga dia ikut hidup dilingkungan waria.
Lain halnya dengan ”dian” waria yang berumur 27 tahun ini adalah seorang sarjana hukum S1 universitas padjajaran di bandung, menjadi salah satu banci di taman lawang untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. ”buat saya cari uang itu gampang tapi cari laki-laki tampan dan ganteng susahnya minta ampuun!” cetusnya. Sangat disayangkan orang berpendidikan seperti dia melakukan hal memalukan seperti itu. Tapi itulah kehidupan dia yang pilih.

Lain juga dengan Sabina, jika memang seseorang tidak mengetahui siapa yang biasa berada di taman lawang, maka pasti seseorang itu akan langsung jatuh hati dengan Sabina. Rambut lurusnya yang terurai panjang, kulit putih mulusnya yang hanya dibalut busana minim dan parasnya yang cantik dan sama sekali tidak mirip dengan waria bisa membuat para lelaki bingung apakah ia benar waria ataukah wanita normal. Waria yang bertempat tinggal di daerah kuningan ini biasa mangkal alias melakukan pekerjaannya setiap hari didaerah taman lawang.Ramai atau tidaknya customer, panggilannya untuk pelanggan, tidak tentu. Terkadang pada hari libur pun customer yang datang tidak ramai. Minimal ia bisa mendapatkan 5 customer dalam waktu satu hari. Lain hal dengan waria lain yang belum tentu bisa medapatakan customer sebanyak Sabina. Customer yang biasa dilayaninyapun bermacam-macam. Baik dari anak sekolah ataupun pria yang sudah bekerja mapan dan berumur. Bule atau orang luar pun bisa menjadi pelanggannya.
Tariff yang diperoleh para waria ini tidak tentu. Mereka menentukan tarifnya menurut customer yang didapatnya. Jika memang customer tersebut membawa motor dan berpenampilan biasa, maka tariff yang dicasnya cukup 50rb rupiah saja. Tetapi jika customer tersebut membawa mobil dan berdandanan perlente, maka tariff yang dicasnya bisa mencapai 300rb rupiah. Pendapatan maksimalnya bisa mencapai 500rb perhari. Lain halnya dengan pelanggan yang berasal dari orang asing alias bule, biasanya customer ini membayar lebih banyak dibanding customer lokan, bayaran yang mereka dapat bisa sampai 700rb rupiah, sangat besar bukan. Tak jarang waria-waria tersebut memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan dengan mencuri barang berharga dari para pelanggannya setelah melaksanakan tugasnya.
Pekerjaan mereka ini ternyata tidak semudah dan sesimple yang kita bayangkan. Mereka harus berhadapan dengan warga sekitar. Para waria ini harus rela dipukuli warga sekitar karena sering diminta untuk melakukan tugasnya dipinggir jalan. Bukan hanya warga sekitar hambatan mereka dalam melakukan pekerjaannya, tetapi juga razia yang sering diadakan di daerah taman lawang. Razia ini tidak pernah bocor kabarnya, karena para perazia bukanlah polisi biasa, tetapi para pamong praja.
Jika memang ada yang tertangkap, para waria ini bisa ditahan. Proses penahanan bisa berlangsung antara 2 sampai 3 hari. Dalam kurun waktu tersebut akan diurus berbagai macam surat yang bisa mengeluarkan sang waria dari tahanan, seperti surat keterangan dari rt setempat, surat keterangan kelurahan, dan surat-surat keterangan lainnya. Tetapi terkadang mereka juga bisa bernegosiasi dengan para pamong praja dan membayarnya ditempat.
Begitulah kehidupan malam para kaum waria dengan segala tingkah laku kecentilan mereka, semata-mata untuk kesenangan seksual dan cara yang mudah untuk mendapatkan uang tanpa berfikir lama-lama.(Rita, Sally)

Tugas Qualitative DRAMATURGIS

DIARY SHEET

Hari : Jumat,
Tgl : 4 Desember 2009, jam 22.50-23:52 WIB
Tempat : Green Host Studio Bekasi

Pengamatan
“Saya melihat seorang lelaki yang menghampiri teman-temannya yang sudah menunggu diluar studio. Seorang pria tinggi kurus yang mengenakan jaket hitam baju hitam dan celana pendek hitam. Kemudian pria tersebut masuk kedalam studio bersama 3 orang laki-laki lainnya.

Hari : Sabtu,
Tgl : 5 Desember 2009, jam 00:15 WIB
Tempat : Green Host Studio Bekasi

Pengamatan

“Setelah selesai latihan didalam studio mereka berkumpul diluar studio dan laki-laki itu terlihat pergi membeli sesuatu dan ternyata sebotol alcohol dan sebungkus kertas kecil yang berisi ganja

Hari : Minggu,
Tgl : 6 Desember 2009, jam 12:01 WIB
Tempat : Vila Nusa Indah Bekasi

Pengamatan

“Esok harinya terlihat dia sedang membantu ibunya membereskan rumah dan laki-laki tersebut diperingatkan ibunya untuk shalat dzuhur. “Padahal sehari sebelumnya terlihat sedang meminum alcohol dan ngedrugs.



Front Stage

· Kehidupan mahasiswa yang memiliki hobi dalam bermusik dan gaya hidup band aliran punk rock
· Andi (20 tahun)
· Menghilangkan semua beban masalah dengan hobi bermain musik
· Mengikuti gaya rock star internasional yang memakai narkoba
· Pergaulan hidup yang berbahaya dan berlebihan sehingga cenderung ikut-ikutan
· Gaul
· Keren
· Pergaulan Bebas
· Pemakai Ganja
· Peminum

Back Stage

· Ramah

· Berbakat

· Rajin

· Penyayang

· Sayang ibu

· Broken Home

· Pintar

intercultural communication