Rabu, 07 April 2010

investigasi uang kuno di pasar baru





Sisi Kuno yang Unik di Era Modern







Berbicara mengenai jenis-jenis koin kuno dan harganya,Pak Ujanglah ahlinya. Bagaimana tidak, setelah berjualan koin dan uang kertas kuno selama 44 tahun, dunia seperti ini sudah sangat familiar dimata bapa kedua orang putri ini.
Berjualan di pasar baru adalah pilihan Pak Ujang, setelah hijrah dari Kota asalnya, Padang pada tahun 64, berjualan koin merupakan pilihan Pak Ujang untuk menjalani kehidupannya di Jakarta.
Ketika ditanya alasan kenapa memilih berjualan koin sendiri, Pak Ujang menjawab bahwa ia memang tertarik untuk berjualan koin dan uang kuno.
Awal karir Pak Ujang menjalani profesinya ternyata tidak semulus yang dikira. Banyak halangan yang ditemuinya, sampai sekarang ini ia bisa menjalani usahanya dengan aman tanpa ada preman dan pungutan liar yang mengganggunya.
Pak Ujang juga tidak menemui saingan-saingan yang licik yang bisa mengganggu usahanya di Pasar Baru.
Bertempat tinggal di Pasar Minggu, Pejaten, setiap hari Pak Ujang harus pergi ke Pasar Baru untuk menghidupi istri dan kedua anaknya.
Berjualan di Pasar Baru cukup menguntungkan bagi Pak Ujang, maka dari itu sampai sekarang Pak Ujang masih bertahan menjalani usahanya disana.
Berjualan koin bisa dibilang menguntungkan bagi Pak Ujang, buktinya sekarang ia bisa menyekolahkan kedua putrinya sampai jenjang penididikan tinggi.
Putri pertamanya yang merupakan lulusan jurusan Sastra Jepang Universitas Nasional (UNAS) sekarang sudah bekerja di Universitas Jayakarta sebagai dosen, sedangkan putri keduanya sekarang ini masih menjadi mahasiswa di fakultas Komunikasi Universitas Nasional.
Pembeli-pembeli dari barang yang dijual Pak Ujang ternyata tidak selalu orang asing, ada juga beberapa orang local,biarpun tidak ada langganan yang pasti
Jenis-jenis koin dan uang yang dijual sendiri bermacam-macam, ada yang berasal dari dalam negeri, ada juga yang berasal dari luar, seperti Belanda, Irlandia, Thailand, Ceko, Ethiopia, Bangladesh, dll.
Asal koin dan uang yang dijual oleh Pak Ujang adalah hasil koleksinya sendiri, selain itu juga beberapa orang yang menjual pada Pak Ujang untuk dijual lagi nantinya.
Kadang ketika Pak Ujang sedang kehabisan stok ia mencari kepada sumbernya yang biaa menjual koin dan uang kuno pada Pak Ujang.
Uang yang paling mahal dijual adalah pecahan 5 rupiah De Javasche Bank yang merupakan uang keluaran pertama disaat Indonesia dijajah oleh Belanda sekitar tahun 1934 yang bisa laku dijuan seharga 10 juta rupiah.
Sedangkan uang yang kedua paling mahal adalah pecahan 10 rupiah (Dai Nippon Teikoku Seihu) yang memiliki gambar wayang di permukaannya pada zaman penjajahan Jepang.


Pak Ujang juga memiliki berbagai koleksi koin kuno yang unik-unik seperti koin kuno yang berasal dari kasino di Korea Selatan yang unik.
Koin yang berbentuk bunga dan koin 25 perak yang dulu biasa kita gunakan saat waktu kecil pun dijual disini.
Ketika ditanya tentang duka yang ia pernah alami Pak Ujang bercerita bahwa tidak semua orang yang menjual uang kuno padanya jujur dan memberika uang kuno asli.

Ada kalanya Pak Ujang ditipu dan diberi uang kuno palsu. Untuk mengecek apakah uang tersebut palsu atau tidak Pak Ujang hanya bisa mengandalkan nalarnya.
Dibalik semua itu Pak Ujang selalu senang jika hari musim nikah datang. Karena barang dagangannya akan laku untuk dijadikan mas kawin oleh para pengantin pria untuk mempelai wanitanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar