Rabu, 07 April 2010

investigative reporting di taman lawang (feature)



Kecentilan Para Wanita Jadi-Jadian
“ Halo….” Sapa seseorang merdu sambil menghampiri mobil-mobil yang ada dan lewat. Dengan rambut wig terurai panjang, busana yang minim, suara merdu yang dibuat-buat seperti wanita, dan paras yang dipermak secantik mungkin, waria-waria taman lawang itu kembali melakukan pekerjaannya.
Di malam yang sunyi itu tepat sekitar pukul 22.30-05.00 wib jika anda melewati daerah yang didereti rumah-rumah mewah dan perkantoran dengan hamparan taman yang luas anda tak akan menyangka anda akan menemui sampah yang berserakan dibalik keindahan istana-istana disampingnya. Ya, itulah taman lawang, salah satu daerah yang terdapat di bilangan Jakarta Selatan, dimana terdapat waria-waria yang sering melancarkan aksinya dipinggir jalan didepan rumah-rumah mewah. Mereka menggoda para lelaki yang melewati jalan tersebut dari yang muda sampai yang tua. Para waria ini berpakaian seksi selayaknya wanita sungguhan, bahkan sering kali mereka memperlihatkan kelamin yang telah berubah benruknya seperti kelamin wanita normal, sungguh perbuatan tersebut sangat mengenaskan dan menginjak-nginjak martabat wanita

Dengan sambutan yang hangat dari para waria , seketika perasaan takut yang menghantui pikiran dan hati kami yang merasa bahwa para waria taman lawang sensitive dan benci dengan wanita hilang seketika. Ternyata mereka tidak seseram yang kami bayangkan.
Beberapa waria yang sempat kami wawancarai adalan Chika(nama samaran), Dian, dan Sabina. Nama-nama yang indah bukan, jika sekali kita mendengarnya kita pasti akan berpikir bahwa nama ini adalah nama dari seorang wanita yang anggun, cantik, dan rupawan, tapi tidak dengan kenyataannya. Mereka juga mengikatkan dirinya dalam suatu organisasi waria yang bernama HWI (Himpunan Waria Indonesia).
Chika alias Satria yang berasal dari pontianak menjadi seorang waria karena faktor ekonomi, berasal dari keluarga yang kurang mampu dia hijrah ke jakarta untuk mencari penghasilan yang lebih baik tapi susahnya mencari pekerjaan membuat dia memilih menjadi banci alias waria. Selain itu teman-teman seperjuangannya juga banyak yang menjadi waria, sehingga dia ikut hidup dilingkungan waria.
Lain halnya dengan ”dian” waria yang berumur 27 tahun ini adalah seorang sarjana hukum S1 universitas padjajaran di bandung, menjadi salah satu banci di taman lawang untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. ”buat saya cari uang itu gampang tapi cari laki-laki tampan dan ganteng susahnya minta ampuun!” cetusnya. Sangat disayangkan orang berpendidikan seperti dia melakukan hal memalukan seperti itu. Tapi itulah kehidupan dia yang pilih.

Lain juga dengan Sabina, jika memang seseorang tidak mengetahui siapa yang biasa berada di taman lawang, maka pasti seseorang itu akan langsung jatuh hati dengan Sabina. Rambut lurusnya yang terurai panjang, kulit putih mulusnya yang hanya dibalut busana minim dan parasnya yang cantik dan sama sekali tidak mirip dengan waria bisa membuat para lelaki bingung apakah ia benar waria ataukah wanita normal. Waria yang bertempat tinggal di daerah kuningan ini biasa mangkal alias melakukan pekerjaannya setiap hari didaerah taman lawang.Ramai atau tidaknya customer, panggilannya untuk pelanggan, tidak tentu. Terkadang pada hari libur pun customer yang datang tidak ramai. Minimal ia bisa mendapatkan 5 customer dalam waktu satu hari. Lain hal dengan waria lain yang belum tentu bisa medapatakan customer sebanyak Sabina. Customer yang biasa dilayaninyapun bermacam-macam. Baik dari anak sekolah ataupun pria yang sudah bekerja mapan dan berumur. Bule atau orang luar pun bisa menjadi pelanggannya.
Tariff yang diperoleh para waria ini tidak tentu. Mereka menentukan tarifnya menurut customer yang didapatnya. Jika memang customer tersebut membawa motor dan berpenampilan biasa, maka tariff yang dicasnya cukup 50rb rupiah saja. Tetapi jika customer tersebut membawa mobil dan berdandanan perlente, maka tariff yang dicasnya bisa mencapai 300rb rupiah. Pendapatan maksimalnya bisa mencapai 500rb perhari. Lain halnya dengan pelanggan yang berasal dari orang asing alias bule, biasanya customer ini membayar lebih banyak dibanding customer lokan, bayaran yang mereka dapat bisa sampai 700rb rupiah, sangat besar bukan. Tak jarang waria-waria tersebut memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan dengan mencuri barang berharga dari para pelanggannya setelah melaksanakan tugasnya.
Pekerjaan mereka ini ternyata tidak semudah dan sesimple yang kita bayangkan. Mereka harus berhadapan dengan warga sekitar. Para waria ini harus rela dipukuli warga sekitar karena sering diminta untuk melakukan tugasnya dipinggir jalan. Bukan hanya warga sekitar hambatan mereka dalam melakukan pekerjaannya, tetapi juga razia yang sering diadakan di daerah taman lawang. Razia ini tidak pernah bocor kabarnya, karena para perazia bukanlah polisi biasa, tetapi para pamong praja.
Jika memang ada yang tertangkap, para waria ini bisa ditahan. Proses penahanan bisa berlangsung antara 2 sampai 3 hari. Dalam kurun waktu tersebut akan diurus berbagai macam surat yang bisa mengeluarkan sang waria dari tahanan, seperti surat keterangan dari rt setempat, surat keterangan kelurahan, dan surat-surat keterangan lainnya. Tetapi terkadang mereka juga bisa bernegosiasi dengan para pamong praja dan membayarnya ditempat.
Begitulah kehidupan malam para kaum waria dengan segala tingkah laku kecentilan mereka, semata-mata untuk kesenangan seksual dan cara yang mudah untuk mendapatkan uang tanpa berfikir lama-lama.(Rita, Sally)

1 komentar:

  1. Di undang2 ada gan...
    Quote:

    UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek (“UU Merek”) sendiri, hanya dikenal istilah barang palsu untuk menyebut barang-barang yang diproduksi dan/atau diperdagangkan dengan menggunakan Merek yang sama pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain.
    an sanksi bagi pembuat dan penjual produk palsu.

    wah,
    termasuk yg di taman lawang dong.....
    ◦нê◦нë◦нê◦нë◦нê◦°◦

    BalasHapus